Rupiah Melanglang Buana di atas Khatulistiwa

Cinta Rupiah – Perlukah Indonesia berhutang ke luar negeri? Bagaimana kondisi peredaran rupiah saat ini dan prediksi di masa mendatang? Kita perlu mengidentifikasi posisi negara kita di kancah dunia internasional. Berdasar indeks Laporan Pertumbuhan dan Pembangunan Inklusif 2017, Indonesia menempati urutan ke-22 dalam pembangunan ekonomi negara berkembang.

Indonesia memiliki rasio utang relatif stabil di bawah 3%, walaupun membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk menarik investor, dan pelayanan pajak yang lebih agresif untuk mendorong pembangunan nasional.

Namun, pendapatan perkapita tetap menjadi pandangan besar para ahli maupun orang awam dalam menilai keberhasilan suatu negara. Indonesia sendiri mencapai pendapatan perkapita Rp47,96 juta atau 3.605,1 dollar AS pada 2016, meningkat 5,02 persen lebih tinggi dibanding tahun 2015, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Tetapi, dalam suatu ukuran, yaitu Indikator Pembangunan Manusia (IPM) dimensi kesejahteraan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan daya beli.

IPM menyajikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai pembangunan manusia serta dapat menghubungkan antar pendapatan dengan kesejahteraan. Menurut Arsyad (2004), pendapatan per kapita mencerminkan daya beli masyarakat.

Dengan demikian jika terjadi peningkatan pada pendapatan per kapita masyarakat, maka daya beli masyarakat meningkat. Peningkatan daya beli masyarakat berarti kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk pendidikan maupun untuk kesehatan meningkat.

Peningkatan yang terjadi pada pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat menunjukkan terjadinya peningkatan kesejateraan masyarakat tersebut. Oleh karena itu pendapatan per kapita dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia.

Indonesia membutuhkan hubungan luar negeri untuk saling membantu dan saling memenuhi kebutuhan, termasuk berutang untuk memajukan pembangunan infrastruktur agar dapat menambah devisa di kemudian hari saat Indonesia telah mempunyai berbagai infrastruktur yang maju dan menarik investor dari berbagai sektor.

Pembangunan nasional erat kaitannya dengan perekonomian nasional saat ini. Kini banyak cara yang digunakan oleh para pengusaha maupun para ahli untuk mendapat keuntungan finansial pribadi secara maksimal.

Para pemilik tabungan dollar berlomba-lomba berspekulasi dengan pemikiran George Soros memborong dollar, pengusaha ekspor semakin bersemangat menjual produknya ke luar negeri dengan harapan mendapat keuntungan dalam penukaran kurs, para pekerja freelance yang enggan dibayar dengan rupiah.

Mereka adalah para masyarakat yang kurang tergerak rasa nasionalisme dalam menjaga kestabilan negara dengan mencintai rupiah dan menjaga rupiah dalam peredaran. Saat peredaran rupiah semakin asing dalam ekonomi domestik, mata uang Indonesia akan melemah, bahkan diperparah dengan suku bunga yang rendah, dan masyarakat berbondong-bondong menabung, dengan sebagian menukar dengan mata uang lain yang lebih kuat untuk menghindari kerugian, perekonomian nasional akan semakin terpuruk dalam kondisi ini.

Contoh kecil saja, kita terbiasa menawar harga serendah-rendahnya pada pengusaha lokal, tetapi rela membayar harga jutaan untuk barang impor, yang pada akhirnya akan masuk keuntungan perusahaan luar negeri.

Pada suatu kasus bulan Oktober 2017, saat nilai tukar rupiah terhadap dollar hampir mencapai Rp13.600 per dollar AS, para pengusaha yang melakukan utang dengan kurs dollar mengaku bersedih, dan berharap agar permerintah dan Bank Indonesia bisa menjaga nilai tukar rupiah terhadap dollar AS stabil. Namun benarkah hanya pihak pemerintah saja yang harus bertanggung jawab untuk menjaganya? Tentu saja tidak.

Seluruh rakyat Indonesia, dari berbagai sektor dan lapisan, tentunya ikut andil dalam menjaga kestabilan rupiah. Setiap komponen hendaknya mengutamakan konsumsi produk dalam negeri, tidak berspekulasi atas dollar, tidak memperparah pelemahan rupiah dengan ajang memperkaya diri.

Dari pemerintah sendiri juga berusaha melaksanakan tata kelola pemerintah yang baik, bersih dari korupsi sehingga akan menghemat pengeluaran negara dan dialokasikan secara efektif untuk sektor-sektor produktif, seperti swasembada beras, bawang, gula, garam, cabai, kedelai, bahkan daging sapi.

Dengan tergeraknya berbagai sektor tersebut, Indonesia tidak perlu mengimpor dari luar negeri, dan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia terbuka lebih luas. Sehingga, tidak ada pengurangan peredaran rupiah di dalam negeri.

Karena uang tersebut beredar seperti dalam diagram arus melingkar (circular-flow diagram), di mana keputusan dibuat oleh rumah tangga dan perusahaan yang saling berinteraksi dalam pasar yang memiliki dua arus aliran uang dan barang atau jasa yang saling terorganisir.

Otoritas moneter dalam makro ekonomi, bank sentral melakukan kegiatan pengelolaan, pengedaran uang; dari perencanaan, pengadaan, pencetakan, hingga penarikan (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999). Indonesia sendiri ada sistem ganti rugi atau penukaran saat ada kerusakan pada uang kartal sehingga ada kestabilan peredaran uang dalam masyarakat.

Seluruh tugas pengedaran uang dari pertimbangan identitas negara; flora fauna, kesenian, pemandangan, pahlawan, ukuran, tata letak, desain, tekstur, dan faktor pertimbangan distribusi uang; jumlah setoran (inflow), bayaran (outflow), uang yang dimusnahkan, jumlah kas, kondisi ekonomi, geografis, inflasi, kredit, tingkat usia edar uang dan jaraknya, telah diatur oleh pemerintah. Sudah selayaknya kita sebagai masyarakat peduli terhadap pembangunan nasional dengan menjaga kestabilan rupiah dalam peredarannya.

Dengan berbagai upaya untuk menyediakan barang dan jasa sendiri (prinsip ekonomi kedepalan : Standar Hidup suatu Negara Bergantung pada Kemampuannya menghasilkan Baarang dan Jasa), maka akan menarik minat pembeli yang telah memiliki nilai tersendiri bagi suatu barang (willingness to pay) dan memiliki daya beli terhadap barang tersebut.

Bergeraknya perekonomian pasar, sebagai tempat perdagangan menguntungkan semua pihak (prinsip ekonomi kelima), membuat para pengusaha mengambil tindakan kredit untuk mendorong usahanya agar lebih maju. Dengan suku bunga yang stabil, maka akan semakin mempermudah peredaran uang bergerak dalam ekonomi pasar.

Kita bahas kembali, hal makro berkaitan dengan utang negara yang akan memengaruhi peredaran rupiah di Indonesia. Meskipun menggunakan valuta asing diperbolehkan dalam transaksi maupun utang dengan luar negeri, alangkah baiknya kita mengevaluasi kembali rencana yang telah dikembangkan. Pertumbuhan Indonesia selama satu dekade terakhir berada pada angka 5,6 dengan defisit 1,6 masih di bawah angka yang ditetapkan pemerintah.

Sedangkan Jepang dengan defisit hingga angka 6,2. Tetapi perlu kaji, bahwa Jepang menerapkan kredit dalam negeri sendiri, dengan interest rate negative sehingga memacu pengusaha maupun pemerintah memajukan usaha dengan berutang dalam negeri.

Sehingga pada saat terjadi pelemahan suatu nilai tukar valuta asing, tidak akan membuat sektor perekonomian mereka lesu dan terpuruk, karena tidak akan memengaruhi pertambahan nilai utang mereka.

Mereka bahkan menjadi kreditur bagi peminjam luar negeri, dan banyak melakukan ekspor, untuk menambah devisa. Meskipun dengan prediksi bonus demografi Indonesia 2025-2030, tidak cocok menerapkan seperti apa yang dilakukan Jepang dengan kondisi demografi pertumbuhan penduduk minus dan orientasi pada menyimpan uang.

Tetapi masalah yang kita hadapi sama, bagaimana agar uang tetap beredar dalam masyarakat. Yaitu dengan menggerakkan seluruh perekonomian dalam berbagai sektor. Indonesia dengan agresifnya pembangunan infrastruktur yang akan menambah konsumsi material secara besar-besaran, dan bonus demografi usia produktif yang membutuhkan konsumsi lebih besar, akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha.

Dengan ini, diharapkan Indonesia dapat menaikkan ratio wirausaha dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pemerintah dan penduduk. Maka kemandirian bangsa untuk menyediakan kebutuhan sendiri dan menurunkan ketergantungan dengan negara lain, tentunya akan menyejahterakan masyarakat Indonesia secara menyeluruh dari berbagai lapisan. Dan rupiah yang beredar pun akan lancar sesuai dengan skema diagram arus melingkar.

Leave a Comment