legenda rawa pening, dimulai adanya suami-istri yang mempunyai anak berwujud naga yang diberi nama “Baru Klinthing”. supaya bisa berubah wujud menjadi manusia Baru Klinthing bertapa di sebuah bukit. sementara itu ada desa bernama desa pathok, desa yang makmur namun warganya sangat angkuh. mereka menyelenggarakan pesta sedekah desa setelah panen. untuk hidangan pesta mereka berburu di bukit dan setelah seharian berburu tanpa hasil, mereka menemukan naga yang sedang bertapa. beramai-ramai mereka menangkap dan memotong-motong daging naga untuk dijadikan hidangan.
pada saat pesta berlangsung, datanglah anak muda dengan tubuh penuh luka dan berbau amis yang tidak lain adalah jelmaan naga Baru Klinthing. Baru klinthing mendatangi pesta karena lapar, tapi diusir oleh warga.
namun ada seorang nenek bernama Nyi Latung yang memberinya makan. ternyata nenek tersebut tidak diajak oleh warga desanya untuk ikut pesta karena jijik terhadap nenek tersebut.
Baru Klinthing berkata ke Nyi Latung untuk menyiapkan lesung jika mendengar suara gemuruh karena dia akan memberi pelajaran ke warga desa yang sombong tersebut.
kembalilah Baru Klinthing ke pesta membawa sebatang lidi dan menancapkannya di tengah keramaian pesta serta menantang seluruh warga desa untuk mencabutnya. karena kesaktiannya tidak ada yang bisa mencabutnya.
lidi dicabut Baru Klinthing dan bersamaan muncul suara gemuruh dan dari bekas tancapan lidi memancarlah air yang makin lama makin deras sehingga menenggelamkan seluruh desa dan menjadi danau yang sekarang terkenal sebagai rawa pening.