Metamorfosis

Penulis : Edi

Pagi itu terdengar suara pekikan dari ruang tengah, sebuah nafas terakhir berhembus bisu setelahnya, Danny beranjak dari kamarnya, nafasnya terengah dan tenggorokannya tercekat tatkala mendapati ibunda tersayangnya terbunuh dengan luka tikam di belakang lehernya, hanya ada satu orang di ruangan itu, sedang mencincang
sesuatu yang entah apa Danny juga tak tahu.

“Ayahhhh, apa yang telah kau lakukan pada Ibu?”, jerit Danny pada ayahnya.

“Cuma pembebasan beban Nak, tenanglah sedikit, Ibumu kan sudah sakit terlalu lama, jadi….” Tak sampai selesai kalimatnya, Danny sudah melempar ayahnya dengan remote TV dekat mayat ibunya.

“Kau penjahat, Psikopat!!”teriak Danny, ayahnya coba melempar balik Danny dengan pisau dagingnya tapi Danny sudah terlanjur menghambur dari ruang tengah dan berlari sekencang-kencangnya menuju kejauhan.

Danny 14 tahun telah mengalami berbagai bentuk kekerasan dalam rumahnya, mulai cekcok antara orang tuanya hingga kekerasan fisik yang jadi makanannya tiap hari semenjak ayahnya kehilangan pekerjaan.Sial… sial.. siall!!! andai saja aku lebih dewasa, andai saja fisikku lebih besar, aku bisa melindunginya,ibu……,

Danny yang tidak membawa apa-apa ketika kabur dari rumah pergi menuju kantor polisi secepatnya dan mencoba menumpang mobil bak terbuka yang melintas di jalan, ketika akhirnya ia sampai di kantor polisi, menceritakan kronologi kematian ibunya tapi hanya jawaban enteng yang di keluarkan oleh polisi itu “Nak, jangan terlalu sering menonton film perang-perangan, sana pulang, dicari bapakmu nanti,” begitulah kiranya jawaban polisi.“Iya Pak, kau benar, ayahku akan mencariku, untuk membunuhku kau tahu? Membunuhku!!!!”

Polisi yang sudah tidak tahan lagi mendengar ocehan Danny langsung menyuruh rekannya untuk mengusir Danny, dengan segera permintaannya di laksanakan dan Danny kini menggelandang di jalanan.Sekarang hanya ada satu cara untuk melanjutkan hidup, aku harus merenggut kehidupan setan tua itu, Danny mencoba untuk memikirkan

strategi terbaik untuk membunuh ayahnya.Sore itu Danny sudah memiliki rencana untuk membunuh ayahnya, ia berjalan pulang sembari mengunjungi tetangganya, meminjam beberapa alat seperti: pisau, minyak tanah, korek, dan tali tambang berdalih ingin mengadakan pesta barbeku dengan teman-temannya di rumah Danny.

Pada malam harinya Danny mulai mempersiapkan jebakan, mula-mula ia mengikatkan tali pada batang pohon kelapa di dekat rumah lalu menariknya hingga ke depan pintu rumah dengan mengendap-endap, setelahnya ia membuat simpul lingkaran di ujung talinya menindihnya dengan batu yang diikat juga hingga ke tempat
persembunyian Danny (semak-semak).

Setelah semuanya hampir selesai, Danny menggali tanah sedalam 5 meter di dekat pohon kelapa yang ditujukan sebagai kuburan ayahnya, Yahh, semua sudah siap, kata Danny dalam hati.

Danny melempar kaca rumahnya dengan batu sehingga ayahnya keluar dan membuka pintu, ia terperangah melihat pohon kelapa yang tampak bersujud di hadapannya, di saat itulah Danny menarik ‘pelatuknya’(batu) lalu seketika itu ayah Danny mulai limbung melihat tanah bergerak sangat cepat melaluinya, ia terjerembab dalam jebakan, kepalanya membentur batang pohon kelapa, membuatnya tak sadarkan diri dan berakhir dengan posisi tergantung secara terbalik di pohon.

Mengetahui kondisi ayahnya yang tak sadar, Danny masuk ke rumah lalu membawa air dan menyiramkannya ke muka ayahnya.Selepas itu ayah Danny terbangun, dengan tetesan darah menggenangi kelopak matanya, ia melihat Danny samar, “Ahh, kau sudah pulang ya Danny, rasanya seperti sudah lama sekali ya, sekarang kamu mau apa Dan? Membunuhku?” kata ayahnya.

Gigi Danny bergemeretak, “Sial kau, apa maumu Pak tua? Apa kau tak takut sama sekali?” jawab Danny tegang.

“Dannyku sayang, takut, sakit, sedih, sudah lama ku buang dari sini (ia menunjuk dadanya), sekarang aku hanya ingin bersenang-senang denganmu Nak.”

Danny mulai tak tahan lagi, ia mulai memotong tali itu, dan ketika tali menyisakan utas terakhirnya, ayahnya berkata untuk yang terakhir kalinya “Aku sudah mempersiapkan hadiah kepulanganmu Nak, ya, kepala ibumu sudah ayah gantungkan di depan pintu kamarmu juga kaki, tangan dan punggungnya sudah ku ubah menjadi
meja belajar barumu, hebat bukan?”

Setelah tubuh ayahnya masuk ke lubang, Danny langsung menuangkan minyak tanah ke dalam, lalu memantik korek api, ia menunggu mayat ayahnya hangus, dan dalam penantian itu, ayahnya benar-benar tak merasa kesakitan, orang ini sungguh mengerikan, ucap Danny pelan.

Pada pagi harinya tetangga terdekat Danny melihat apa yang terjadi, ia benar-benar terkejut lalu segera menelpon polisi, Danny yang baru saja bangun segera menerjang tetangganya yang memalingkan badannya, ia berkata “Ssst,
tenang, aku akan segera menyerahkan diri ke polisi.”

Pada siangnya Danny sudah berada di kantor polisi dan hendak di investigasi oleh perwira polisi yang kemarin menolak laporannya, ketika polisi itu membaca laporan pembunuhan ia terkejut mendapati bocah yang kemarin ia tolak langsung menjadi kriminal esok harinya, “Jadi, apa motivasimu melakukan pembunuhan kejam ini Nak?” tanya pak polisi.

“Karena aku sering menonton film perang-perangan Pak,” jawab Danny ringan lalu menyeringai bagaikan serigala, kau adalah targetku selanjutnya bodoh.

Danny akhirnya dijatuhi hukuman 1,5 tahun penjara karena umurnya yang masih termasuk golongan anak-anak lalu ia dimasukkan dalam sel tahanan khusus, sendirian, karena kejahatan yang dilakukan anak seumurannya rata-rata hanya mencuri atau melakukan pelecehan seksual.

Di dalam penjara, Danny merasa seolah kemalangan dan kesedihan adalah ramuan yang tak sengaja dituangkan oleh Tuhan ketika menciptakannya sehingga sekarang ia yang harus menanggung ‘kesalahan Tuhannya itu’ seumur hidup, sejak kecil ia selalu didongengi ibunya tentang dahsyatnya kekuatan Tuhan dan betapa adilnya Tuhan dalam menyayangi makhluknya.

Ibunya sempat berkata “Nak, apa pun yang terjadi, jangan tinggalkan Tuhan, karena sebaik apa pun ibu dan ayah menyayangimu, Tuhan selalu lebih menyayangimu, senakal apa pun kamu, Ia akan selalu menyambutmu pulang ke rumah, maka ucapkanlah salam ketika masuk ke rumah, bukan untuk kami tapi untuk keramah-tamahan Tuhan,” kata ibu Danny waktu itu.

Bohong!!!!!! Teriak Danny dalam penjaranya, ia tak mau lagi mempercayai Tuhan, dalam benaknya ia selalu mempertanyakan Kalau Tuhan memang sebaik itu, mengapa ia membiarkanmu terbunuh bu dan membiarkanku menjadi pembunuh juga?!!!Danny terus-terusan meracau mengenai eksistensi Tuhan dalam selnya, sesekali ia mengumpat dengan keras, sipir penjara yang mulai tak sabar lalu menghampiri selnya dan memukul pilar besi penjara Danny seraya menyumpahi Danny menjadi bahan bakar api neraka ketika Danny sudah mati kelak,

kemarahan Danny semakin menjadi lalu ia berteriak “Jika aku telah bebas dari sini, kau akan menjadi orang kedua yang akan kubunuh setelah perwira bodohmu itu, dasar tolol!”

1,5 tahun yang penuh kehampaan dan kesepian bagi Danny akhirnya usai, kini saatnya melaksanakan janjinya pada dirinya sendiri, membunuh si perwira polisi, ketika berjalan melalui kantor polisi untuk yang terakhir kalinya Ia tak mendapati perwira itu di sana lalu ia pun bertanya pada polisi pengganti mengenai keberadaan perwira yang dulu di situ, Danny berdalih masih ada dokumen yang dipegang oleh polisi lama yang berjaga disana, polisi baru itu mau tidak mau menceritakan pada Danny bahwa polisi lama itu sudah pindah ke kantor yang baru di distrik yang sama, ia juga merekrut sipir yang dulu menyumpahi Danny sebagai tangan kanannya, karena sekarang polisi itu
sudah beralih jabatan menjadi seorang inspektur kriminal. Ahh, jauh lebih mudah sekarang, melempar 2 burung dengan satu batu hahaha, ucap Danny dalam hati.

Danny akhirnya membuat rencana baru untuk membunuh mereka berdua sekaligus, Danny melakukan tindakan kriminal di beberapa lokasi sekaligus dalam suatu waktu sehingga menyita perhatian dari markas Kepolisian di
kotanya, dimana total terdapat 5 Tim Investigasi yang tiap Timnya berisi 1 inspektur dan 3 Polisi.

Danny melakukan beberapa tindakan kriminal di beberapa tempat yang berbeda yakni di bagian Utara, Selatan, Barat, Timur, dan Tengah, Ia membakar habis beberapa Ruko di daerah tersebut sembari mengamati Tim Investigasi mana yang menangani kasus di daerah-daerah tersebut, dan pada suatu ketika, si inspektur yang menjadi
target Danny menangani kasus pembakaran yang terakhir, yang berada di tengah Kota.

Ketika inspektur datang untuk pertama kalinya, Danny hanya mengamati saja dari kejauhan seraya menghitung seluruh polisi yang bertugas disana, benar hasilnya memang hanya 2 polisi yang berjaga diluar dan polisi beserta mantan sipir masuk ke dalam mansion yang terbakar.

Di hari kedua, Danny mencoba untuk membunuh 2 polisi yang berjaga dan mengamati polisi mana yang membawa kunci mobil, ketika inspektur dan tangan kanannya memasuki mansion yang terbakar, Danny meniupkan Tulup beracun pada salah satu polisi dan ketika polisi yang satunya panik, Danny keluar dari persembunyian seolah-olah mencoba untuk membantu si polisi yang sudah sekarat itu, ketika polisi yang masih hidup hendak mencari kotak P3K di dalam mobil, belati tajam Danny sudah melubangi bagian tengah dadanya.

Kini Danny sudah mengendarai mobil, ia menerjang garis pengaman lalu terus melaju hingga menabrak ke dalam bagian mansion yang langsung membuat inspektur dan sipir terpental jauh, kaki mereka berdua berdarah dan tak dapat lagi di gerakkan “Hmm, kurasa kaki kalian patah ya?” kasihan sekali ya ckckck, kata Danny.

“Dasar biadab, kayu bakar neraka, apa yang kamu inginkan setan kecil?” seru sipir ketakutan.

“Tidak banyak, cuma nyawa kalian kok,” jawab Danny dengan menyeringai.

Danny melucuti senjata keduanya sebelum menyeret keduanya kebawah mobil polisi kemudian ia mengambil bubuk mesiu dari dalam kantongnya dan menghamburkannya dari arah tangki bensin mobil menuju luar mansion, dari kejauhan Danny menyalakan koreknya dan Boom!Terbakarlah bersama arogansimu kapten…

Danny menjual seluruh aset berupa rumah dan segalanya milik orang tuanya, ia berencana untuk merantau entah kemana, meninggalkan kota yang teramat suram baginya ini.Lalu di suatu pagi ia berangkat menuju daerah antah berantah, menuju ketiadaan, meretas jejak hidup yang baru sebagai manusia baru.

Saat ia berhenti di kota tak bernama itu, ia melihat ada kerumunan orang yang sedang mendengarkan ceramah dari seorang pria paruh baya secara saksama. Danny ikut mendengarkannya, ketika acara selesai, ia mengikuti orang tua itu secara diam-diam lalu ketika pak tua itu memasuki daerah yang sepi Danny langsung menyergapnya seperti cheetah yang memangsa rusa, Danny mencekik tungkuk orang tua itu dan menindihnya di atas tanah tapi orang tua tersebut bereaksi dengan mengarahkan pukulan sikutnya ke tulang rusuk Danny, Danny pun jatuh ke kiri dan mengerang kesakitan.

Ketika keduanya mulai berdiri Danny bicara, “Pak tua, maaf atas sambutannya, aku kemari hanya ingin menanyakan beberapa hal, apakah kau percaya dengan Tuhan?” “Tentu saja aku percaya Nak, kalau tidak, tak mungkin aku berada di atas mimbar sana siang tadi untuk menyebarkan kasih sayang Tuhan,” jawab pak tua dengan senyuman.

“Oiiii Pak tua, apa maksudmu senyum-senyum begitu ha? Kau tak tahu ya kalau aku ini pembunuh berantai, aku bisa membunuhmu dengan sekali tikam setelah ini,” teriak Danny.

“Oh, tentu saja aku tahu kau seorang pembunuh, tapi kau takkan bisa membunuhku Nak, karena kau memang tak berniat untuk itu,” jawab pak tua dengan senyum lagi.

Danny yang merasa dilecehkan kemampuannya langsung menyerang pak tua itu dengan belati secara membabi buta, tapi semua serangannya tak ada yang mengenai pak tua sama sekali dan akhirnya ketika Danny lengah, pak tua
menjegal kaki Danny dan mencekik tungkuknya dan menindih Danny dengan tubuhnya sama seperti yang Danny lakukan.

“Kau tahu Nak, sejak awal kau membunuh, niatmu memang bukan membunuh orang lain, kau hanya ingin membunuh dirimu sendiri, membunuh ketidakmampuanmu untuk mengatasi sesuatu, membunuh adalah bentuk
eskapismemu pada kekecewaanmu atas diri sendiri,” kata pak tua itu.

“Berisik kau Pak tua, tahu apa kau tentang aku, kau bahkan tak tahu namaku, kau..” belum selesai Danny bicara, pak tua langsung membentaknya,

“Diam!!!, kau yang tak tahu siapa aku, aku dulu juga seorang tukang jagal, sudah ku bunuh lebih dari 100 orang dan yang ku dapati hanyalah ke hampaan dan dorongan untuk membunuh diriku sendiri, kau tak bisa terus-terusan memposisikan dirimu sebagai Tuhan Nak, mengambil nyawa orang seenaknya, kalau kau mau mengambil nyawa orang seenaknya, kenapa kau juga tidak menciptakan mereka ha?”Danny termenung dalam,

pak tua mulai melepaskan cengkeramannya pada Danny, kini keduanya duduk berhadapan,pak tua memegang
kedua pundak Danny lalu berbisik, “Nak, aku inigin mencegahmu untuk menjadi aku yang dulu, aku tahu benar betapa kesepiannya dirimu, tenang, tenanglah Nak, ada cukup makan dan cinta di rumahku, mari ku tunjukkan jalan.”

Baru kali ini Danny merasakan kehangatan dari seseorang setelah lama Ibunya meninggal, tak terasa air mata jatuh dari kedua matanya sejak lama sekali hatinya mengeras di tatar kehidupannya yang kelam. Mereka berdua beranjak dan berjalan bersama menuju rumah pak tua, disana Danny di kenalkan kepada istri pak tua dan mereka makan malam bersama akhirnya.

“Nak, kau tahu, istriku ini yang telah membimbingku keluar dari dunia hitam, maka aku sarankan kamu menikah sesegera mungkin Nak,” kata pak tua.

“Tapi pak, umurku baru 18 tahun dan aku tak punya pekerjaan, lagipula mana ada yang mau dengan pem….”Belum selesai kalimat Danny,

istri pak tua sudah memotongnya, “Sssst, itu sudah masa lalu Nak, mulai sekarang kamu kami anggap anak sendiri dan kamu bisa mulai menggarap tanah di belakang rumah kita ini, dulunya bapak berkebun di sana, tapi dengan kesibukannya membawakan khotbah dan ceramah kemana-mana, dia tak lagi punya cukup waktu
untuk mengurus kebun.”

Danny kehilangan kata-kata, air matanya mulai membanjiri pipinya, ia lalu memeluk dua orang di depannya, ia sangat berterimakasih kepada keduanya dan setelah 3 tahun berkebun di daerah antah berantah tersebut, Danny sudah menjadi petani yang sukses, dan pada suatu hari, ada gadis yang hendak membeli sayur-sayur segar dari Danny dan di saat itulah Danny mulai merasakan getaran cinta, tak lama berselang, Danny memberitahukan pada Bapak dan Ibu barunya mengenai wanita itu, mereka langsung menyetujui keinginan Danny dan akhirnya mereka mengantar Danny ke rumah si gadis tersebut untuk melamar.

Semuanya berjalan lancar, akhirnya Danny memiliki keluarga juga dan itu semakin memantapkan keimanannya pada Tuhan, dan Tuhan pun tak segan menambah nikmat pada hamba-Nya yang berusaha dan bersyukur.

Semua bisa berubah dengan mekanisme ajaib milik Tuhan, kita hanya harus percaya dan berusaha untuk menjemput hidayah-Nya, selalu berbuat kebaikan adalah cara tercepat untuk menemukan intisari hidup dan ketika sudah menemukannya, sabar dan syukur adalah wadah terbaik untuk membuat hidayah itu senantiasa berada disana, jauh dari tangan-tangan setan…