Mendaki gunung bukan hanya menikmati keindahan alam semata, karena ada banyak hal pengalaman hidup yang bisa kita peroleh dari kegiatan mendaki ini lho gaes. Selama perjalanan, pendaki bisa melatih fisik dan juga mental. Bahkan dari pengalaman tersebut, ada banyak filosofi mendaki yang bisa kita petik sebagai suatu pelajaran. Bukan hal rahasia lagi kalau hiking adalah kegiatan yang sangat disukai para kaula muda. Hal ini sangatlah wajar, mengingat secara fisik mereka memang masih kuat dan mampu untuk mendaki gunung. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersama dengan teman-teman yang disertai dengan rasa lelah dan canda tawa.
Banyak pendaki yang mengatakan bahwa melalui perjalanan menuju puncak gunung, kita bisa mengetahui bagaimana watak asli teman. Karena di atas puncak, kita akan melihat bagaimana teman yang selama ini kita kenal akan memperlakukan orang lain, dirinya atau kita sebagai temannya saat ia sedang merasa kesulitan. Pasalnya ada teman yang lebih mementingkan dirinya sendiri tapi ada pula teman yang sangat loyal dan berbagi dengan teman-temannya meskipun dirinya juga sedang dalam kesulitan atau kelelahan. Nah, dari sinilah filosofi hidup yang bisa dipetik bahwa dalam kehidupan akan ada teman yang benar-benar ada di sampingmu saat sedang sulit dan bahagia tapi adapula teman yang hanya ada di sampingmu saat bahagia saja.
Oke pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kisah perjalanan saya mendaki gunung Sumbing.
Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Jawa Tengah, Indonesia. Berdiri tegak setinggi 3.371 meter di atas permukaan laut, gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. Gunung ini secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang; Kabupaten Temanggung; dan Kabupaten Wonosobo. Bersama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo. Jalan ini biasa dijuluki sebagai “Kledung Pas”.
Jalur pendakian Gunung Sumbing paling populer adalah melalui pos Garung. Garung adalah sebuah desa di kaki bagian utara Gunung Sumbing, di kawasan Kledung Pass. Dekat dengan Desa Garung tersebut juga terdapat basecamp untuk pendakian ke Gunung Sindoro.
Letak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro saling berhadapan. Banyak disebut oleh masyarakat bahwa gunung Sumbing-Sindoro adalah gunung kembar layaknya gunung Merapi-Merbabu. Tinggi yang tidak jauh berbeda, dan juga kondisi alam gunung yang juga hampir sama. Namun bagi para pendaki Gunung Sumbing memiliki trek yang lebih berat daripada Gunung Sindoro.
Ini merupakan pengalaman pertama dan untuk yang terakhir kali nya. Kapok saya ndaki Gunung Sumbing. Dari pengalaman saya mendaki sebelum nya, Gunung Sumbing merupakan Gunung yang paling sulit dilalui selain karena memang trek nya yang panjang dan medan jalan nya berat. Banyak bebatuan yang tinggi nya 1 meter lebih, sehingga untuk menaiki nya perlu bantuan dengan teman yang lain.
Perjalanan yang berat ini berawal dari sebuah ketidak sengajaan, pada waktu itu saya iseng-iseng mengajak teman untuk mendagi Gunung Sumbing, di luar dugaan teman saya itu meng-iya kan. Padahal posisi saya waktu itu habis naik Gunung Lawu. Apa boleh buat, saya harus bertanggung jawab dengan perkataan saya tadi.
Awal nya saya tidak diijinkan oleh orang tua karena khawatir dengan saya yang baru saja balik dari Gunung Lawu, tapi saya beralasan sudah janjian dengan teman dan gak enak kalo dibatalin.
Saya juga sempat berbohong kepada orang tua, ijin nya ke Gunung Merbabu tapi kenyataan nya pergi ke Gunung Sumbing. Takut terjadi apa-apa, di tengah jalan menuju ke Gunung Sumbing saya sms ibu bahwa sebener nya saya pergi ke Gunung Sumbing bukan ke Gunung Merbabu. Jangan ditiru ya gaess. Sempat ada rasa bersalah dalam diri karena telah berbohong kepada ibu.
Rombongan kami sampai di basecamp pendakian siang sekitar jam 1, setelah urusan administrasi dan pencatatan selesai kami memulai pendakian. Perjalanan yang berat pun dimulai.
Basecamp – Pos 1
Jalur Pendakian Gunung Sumbing dari basecamp hingga pos 1 awal nya jalanan aspal mulus sebelum berubah menjadi jalan menanjak panjang di tepi perkebunan penduduk. Baru awal perjalanan saja sudah sangat melelahkan. Perjalanan menuju pos 1 memakan waktu sekitar 1 jam. Untung nya di pos 1 ada sebuah warung kecil yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. Kami mampir untuk sekedar mengganjal perut yang sudah mulai keroncongan.
Karena jarak dari basecamp menuju pos 1 cukup jauh, di pos 1 juga ada pangkalan ojek, bagi mereka yang tidak kuat atau ingin cari enak nya bisa menggunakan jasa ojek yang ada.
Pos 1 – Pos 2
Pendakian dari pos 1 menuju pos 2, jalan berupa tanah yang cukup menanjak. hanya ada beberapa tempat landai untuk melepas lelah.
Pos 2 – Genus, tempat nya tidak rata dan tidak luas. Kami membuka beberapa snack yang kami bawa dari rumah. Tenaga kami terkuras banyak sehingga perut sudah mulai keroncongan lagi.
Pos 2 – Pos 3
Trek semakin menanjak dengan tingkat kecuraman yang tinggi, disarankan untuk berhati-hati karena jika masuk musim hujan jalanan bakal sangat licin. Bisa dibilang tanjakan ke pos 3 adalah tanjakan curam terakhir sebelum lokasi camp yang nyaman.
Pos 3 – Sedupak roto, tempat yang cukup landai, bisa digunakan untuk tempat camp. Kami sempat beristirahat lumayan lama karena memang tempat nya nyaman dan teduh.
Pos 3 – Pestan
Pendakian dari pos 3 menuju Pestan tidak begitu lama. Pestan merupakan dataran landai dan luas yang bisa menampung puluhan tenda. Meski tidak ada pepohonan yang bisa melindungi tenda dari badai, Pestan merupak tempat camp favorit para pendaki.
Kami sampai Pestan jam 6 sore, karena hari sudah cukup gelap dan kami tidak biasa melakukan pendakian saat malam hari, kami memutuskan untuk camp di sini. Banyak pendaki lain yang juga ngecamp di sini. Setelah membagun tenda kami semua langsung tidur karena perjalanan masih sangat panjang.
Pestan – Watu Kotak
Pagi-pagi setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan, barang-barang yang tidak begitu penting kami tinggal di dalam tenda seperti sleeping bag, kompor, matras. Kami hanya membawa tas daypack yang berisi minuman dan beberapa snack. Hal itu kami lakukan karena kata orang-orang medan untuk naik ke puncak sangat berat, banyak bebatuan besar dan jalanan yang menanjak terus. Maka dari itu barang yang seperlu nya tidak begitu penting kami tinggal di tenda. Untuk keamanan insya allah aman.
Pemandanagan selama diperjalanan sangat indah. Gunung Sindoro akan selalu nampak di belakang dengan gagah nya.
Watu Kotak – Puncak Gunung Sumbing
Dari watu kotak menuju puncak Gunung sumbing masih didominasi dengan bebatuan besar yang menanjak. Dan di sinilah perjalanan terakhir sekaligus paling berat. Seperti yang saya bilang diawal tadi, banyak ditemui batu yang tinggi nya hampir 1 meter lebih, untuk menaiki nya harus butuh bantuan teman. Perjalanan di tempuh selama kurun waktu 1 jam.
Gunung Sumbing memiliki 2 puncak.
Puncak Buntu
Dengan bersusah payah kami pun akhir nya sampai di Puncak Buntu. Tapi apes nya cuaca saat itu sedang tidak mendukung. langit tertutupi dengan awan dan kabut tebal. Pemandangan yang seharus nya elok menjadi tidak terlihat karena tertutup oleh kabut. Mungkin ini akibat dari saya telah berbohong kepada orang tua. Saya pun akhir nya turun dengan perasaan bersalah.