Teman Kosku Adalah Teman Hijrahku

Penulis : Surya Alif Dharmawan

Namaku Syifa, aku mempunyai seorang teman bernama Soleha. Ia merupakan teman satu kuliah dan kebetulan juga satu kos. Ia juga merupakan sosok yang Shāliḥ seperti namanya dan seseorang yang membuatku ingin berhijrah. Setiap akhir 1/3 malam aku selalu terbangun mendengarkan Soleha melantunkan ayat- ayat suci Al-Quran dengan begitu indah dan merdu. Sesekali aku tengok melalui jendela kamarnya ia sedang melakukan sholat tahajud.
———————————-
*Tok…Tok…Tok…* (suara ketukan pintu dari kamarku)
“Assalamualaikum, Syifa. Ayo bangun sudah jam 5 jangan lupa sholat subuh.” Kata Soleha setiap hari selalu mengingatkanku.

“Iya, Soleha. Aku sudah bangun kok.” Jawabku. (Meskipun terkadang aku tertidur lagi dan lupa sholat subuh)

“Nanti ada kuliah pagi tidak? Kalau ada kita bareng saja.” Ajaknya.

“Iya ada nanti jam 8. Oke deh.” Jawabku.

(Jam di dindingku telah menunjukkan pukul 07.00) “Ayo, Syifa. Apakah kamu sudah siap?” tanya Soleha.

“Sudah nih, tinggal nyiapin buku buat matkul nanti.” Jawabku.

Setelah lima menit berlalu, kami pun berjalan kaki menuju kampus yang letaknya tidak terlalu jauh dari kosan. Di tengah jalan Soleha melihat ada seorang nenek yang hendak menyebrang jalan.

“Syif, ayo kita bantu nenek itu. Sepertinya hendak menyebrang jalan.” Ajak Soleha.

“Ayok!” sanggahku. Aku dan Soleha langsung menghampiri nenek itu dan membantunya menyebrang jalan.

“Terimakasih nak, semoga Allah senantiasa melindungi kalian berdua.” Kata nenek itu.

“Sama-sama nek, semoga Allah juga senantiasa melindungi nenek.” Jawab Soleha.

Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju kampus dan berpisah menuju kelas masing-masing.
———————————
Ketika hendak pulang dari kuliah aku tak sengaja bertemu dengan Soleha. “Hei, Soleha. Kamu mau langsung pulang ke kosan tidak?” tanyaku.

“Hai juga,Syif. Maaf tapi aku ada acara bakti sosial. Mau ikut nggak?” ajaknya.

“Wah, boleh aku ikut?”

“Siapapun boleh ikut kok, tidak ada yang melarang kamu untuk berbuat kebaikan. Hehe.” Ujar Soleha

Akhirnya pun aku ikut Soleha dan ikut bergabung dengan suatu organisasi masyarakat peduli sosial yang mana selalu melakukan kegiatan rutin setiap bulan bahkan mingguan memberi makanan ataupun pakaian layak pakai kepada yang membutuhkan.

“Nanti kamu ikut bagikan makanan dan pakaian ini ke orang yang kita temui di jalan, kolong jembatan, bahkan di pinggiran sungai.” Kata Soleha.

“Oke deh, siap.” Jawabku.

Itu merupakan kali pertama aku ikut kegiatan sosial seperti ini, turun ke jalanan dan membagikan makanan kepada orang tidak mampu. Ketika dijalan aku melihat anak kecil kakak beradik yang sedang mengemis di pinggir
trotoar. Aku pun menghampirinya dan bertanya, “Adik-adik sekarang kelas berapa? Sekolah dimana?”

“Kami tidak sekolah kak. Ayah kami sudah meninggal dunia dan ibu kami hanya buruh cuci.” Jawab sang kakak.

Aku pun tak tega melihatnya. Sembari memberikan makanan aku juga menyisihkan sisa uang sakuku kepada mereka walaupun tak seberapa. Belum lagi dijalan juga melihat orang cacat fisik mengemis di pinggir jalan. Hatiku tersentuk ketika berinteraksi langsung dengan mereka yang tidak mampu itu. Karena aku orang yang cengeng, aku pun
meneteskan air mataku.

“Kamu kenapa nangis?” tanya Soleha.

“Aku hanya tersadar, aku selama ini tidak bersyukur. Masih banyak orang lain yang tidak seberuntung aku.” Jawabku.

“Syukurlah jika kamu sekarang bisa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan padamu. Sudah sepantasnya kita sebagai makhluk sosial harus saling membantu satu sama lain.” Kata Soleha.
————————————–
Setiba di kos, aku pun curhat kepada Soleha mengenai kegalauan dalam hatiku.

“Sebelum mengenalmu, aku selalu merasa ada yang kosong dalam diriku. Meskipun dulu aku sering main dengan teman SMA ke mall, nonton,dll. Dan juga aku pun jarang sholat dan mengaji ataupun ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial.”

“Lantas, sekarang apa yang kamu rasakan saat ini?” tanya Soleha.

“Yang kurasakan saat ini seperti ada suatu kepuasan dalam hatiku yang awalnya kosong menjadi mulai terisi.” Jawabku.

“Alhamdulillah kalau begitu.” Kata Soleha.

“Aku ingin sepertimu, berhijrah di jalan Allah. Akupun siap untuk mengenakan hijab sebagai penutup auratku dan menebar kebermanfaatan bagi orang disekitar kita. Maukah kamu membimbingku?” tanyaku.

“MasyaAllah, tentu aku selalu siap menjadi teman berhijrahmu. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk mendapat ridho-Nya. Aamiin YRA.” Jawab Soleha.

Hari demi hari terus berganti. Meskipun awalnya terasa berat, namun dengan niatan ikhlas dan dibantu oleh Soleha perlahan aku mulai terbiasa berhijab, sholat 5 waktu serta mengerjakan amalan lain semata-mata dengan mengharap ridho dari Allah SWT.